Proses Pembuatan
Papan Cor Kayu Kelapa
Papan
Cor Kayu Kelapa merupakan jenis kayu kedua yang
akan saya gunakan sebagai papan cor untuk proses pekerjaan pengecoran beton
bertulang. Pada hari Sabtu 3 Desember 2011 kemarin, saya baru saja mengolah
kayu kelapa menjadi Papan Cor Kayu Kelapa. Hal ini terjadi sebenarnya
diluar dugaan saya karena kayu kelapa tersebut hasil pemberian seorang kawan,
ada empat potong kayu kelapa dengan panjang 4 m dan keempat potong kayu kelapa
tersebut diambil dari 4 batang pohon kelapa yang bagian bawah saja, tentunya
itu adalah posisi terbaik untuk kayu kelapa jika digunakan sebagai kayu olahan.
Sebelum
mengolah Papan Cor Kayu Kelapa sebenarnya saya sudah menyiapkan papan cor dari
kayu mahoni yang sempat saya ceritakan disini Papan Cor untuk
Sloof dan kayu ketiga yang sudah saya siapkan untuk papan cor adalah
kayu randu dengan kondisi sekarang masih hidup mempunyai diameter batang
kira-kira 100 cm dan tinggi lebih dari 8 m. Jika kita membeli papan cor
disebuah toko bangunan dengan papan cor ukuran tebal 2 cm, lebar 20 cm, dan
panjang 400 cm jenis papan cor kayu randu harganya Rp 25.000/keping. Pada
kesempatan kali ini saya akan berbagi informasi seputar proses pembuatan Papan
Cor Kayu Kelapa.
Langkah proses pembuatan Papan Cor Kayu Kelapa yang saya lakukan :
Menentukan
alat apa yang paling cocok untuk menggergaji/membelah kayu kelapa tersebut,
saya memilih serkel/mesin pembelah tetap karena hasilnya lebih presisi atau
bisa dipastikan rata maksimal dan limbah kayu gergajiannya sedikit. Setelah
alat kita tentukan kemudian saya mencari tukang gergaji yang saya maksud, saran
saya jangan terlalu percaya dengan omongan tukang gergaji/tukang kayu, selalu
kros cek menjelang janjinya akan tiba, karena sudah menjadi budaya mereka
selalu menyanggupi semua orderan yang masuk, nah jika tingkat resiko rendah
maka mereka bisa membatalkan janji itu secara sepihak hal itu yang saya pahami
dari pengalaman berbaur dengan mereka.
Proses Membelah Batang Kelapa Untuk
Papan Cor Kayu Kelapa
Sebelum
batang kelapa tersebut dimasukan ke dalam mesin mebelah, batang kelapa tersebut
dibelah menggunakan gergaji mesin portable atau sing saw (nyayian gergaji) agar
bebannya lebih ringan, hal ini tidak mengurangi kualitas hasil ukuran bahan
papan cor kayu kelapa yang kita dapatkan.
Proses pembelahan kayu kelapa
menjadi Papan Cor Kayu Kelapa
Total
batang kelapa yang dibelah dengan mesin sing saw ada 4 batang sehingga hasilnya
menjadi 8 buah kayu belahan glondongan dan ini dalah proses pembuatan Papan Cor
Kayu Kelapa yang sebenarnya, minimal crew untuk menjalankan mesin ini adalah
2-3 orang dengan tugas, orang yang sebelah kiri dan berbaju merah bertugas
mensetting ukuran dan mendorong kayu, orang yang ditengah bertugas melumuri
gergaji dengan air dan menta hasil gergajian kemudian orang yang sebelah kanan
bertugas menarik kayu hasil gergajian.
Hasil proses gergaji Papan Cor Kayu
Kelapa
Setelah
kurang lebih 2 jam proses pembuatan Papan Cor Kayu Kelapa pun akhirnya selesai,
4 Potong pohon kelapa menghasilkan 35 buah papan dengan ukuran tebal 2 cm,
lebar 20 cm dan panjang tentunya 4 m. Mesin gergaji pembelah masal ini juga
bisa dijadikan sebagai kendaraan angkut hasil gergajian, Papan Cor Kayu Kelapa
ini akan saya pindahkan menuju lokasi pembangunan rumah impian.
Papan Cor Kayu Kelapa sampai
dilokasi.
Proses penyimpanan Papan Cor Kayu
Kelapa
Papan
Cor Kayu Kelapa adalah jenis kayu yang tidak berkelas, jadi kita harus
menyimpanya sebelum digunakan disebuah tempat yang teduh dan tidak lembab, cara
menatanya antara papan yang satu dengan lainya tidak boleh menempel, harus ada
ruang rongga udara supaya papan tidak lembab dan berjamur.
Itulah
informasi dari proses pembuatan papan cor kayu kelapa yang dapat saya bagikan,
untuk total biaya proses tersebut rinciannya :
- Upah gergaji Rp 140.000 (35 keping papan, hitungannya adalah per meter kubik kisaran Rp 200.000 – Rp 250.000)
- Upah Angkut Rp 60.000 (relatif)
- Upah Konsumsi (relatif)
Papan Cor Kayu Kelapa hanya sebagai
salah satu media proses pembangunan yang harus ada, jadi bisajaksanalah dalam
memilih dan mengunakan papan.
Batang Kelapa Sebagai Kayu Konstruksi
Salah satu material yang cukup berlimpah di Indonesia adalah kayu
kelapa. Walaupun jarang digunakan sebagai material bangunan karena kayu
ini keras dan teksturnya kasar. Namun bila diolah dengan tepat akan
menghasilkan bangunan yang unik, karena tekstur kayu kelapa sangat khas,
tetapi finishingnya tidak bisa sehalus kayu borne, meranti, ataupun
kamper.Harganya pun jauh lebih murah bila
dibandingkan dengan kayu seberang (sumatera, Kalimantan). Rumah kayu
yang terbuat dari kayu kelapa biayanya sekitar 1,2 juta
-2juta/m2 bandingkan bila menggunakan kayu seberang yang harganya bisa
diatas 3 juta/ m2 ( Sulc, 1984).
Ada
tiga alasan yang menyebabkan batang kepala dapat dijadikan alternatif
pengganti kayu, yaitu program peremajaan kebun kelapa akan berhasil
dengan kelapa yang tidak dikeluarkan dari kebun akan menjadi sarang
kumbang gerek. Dengan pengolahan yang benar batang kelapa akan
menghasilkan kayu yang bisa bersaing dengan beberapa kayu jenis
konvensional. Batang kelapa ini, sebagai substitusi kayu, dapat
digunakan sebagai bahan bangunan, perabot rumah tangga, alat perkakas,
barang kerajinan, dan sumber energi yang berupa arang. Disamping itu
batang kelapa juga memiliki nilai estetika yang
unik ( Suharto dan Ambarwati, 2007).
Kayu
kelapa, yang selama ini secara tradisional lebih banyak digunakan
sebagai kayu konstruksi berat seperti balok dan kaso, mulai digunakan
sebagai komponen pintu, jendela, furnitur dan lantai. Permasalahannya antara lain adalah sifat-sifat
fisik kayu, terutama kerapatannya, yang sangat variatif. Kerapatan kayu
bagian dermal (perifer) jauh lebih tinggi daripada bagian subdermal dan
bagian tengah, yang secara beturut-turut sebesar > 600 kg/m3, 400 –
600 kg/m3 dan 200 – 400 kg/m3. Perbedaan tersebut juga terdapat antara
kayu kelapa bagian pangkal, tengah dan ujung batang
Kayu
dari pohon kelapa juga digunakan sekarang dan bernilai untuk produksi
furnitur. Batang pohon kelapa juga digunakan untuk konstruksi tiang.
Pemrosesan kelapa juga memberi kesulitan praktis. Tingkat konversi
batang kelapa utuh menjadi kayu bulat relatif rendah. Lebih jauh lagi,
batang kelapa memiliki kandungan silika tinggi, sangat keras dan
memerlukan pisau gergaji khusus bermata tungsten
Penggunaan
batang kelapa sebagai bahan konstruksi sudah lazim dilakukan oleh
rakyat pedesaan karena dianggap kuat dan awet. Namun beberapa hal yang
perlu mendapat perhatian adalah sebagai berikut, yaitu :
1. Taper kira-kira 5 mm/meter
2.
Tinggi batang yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi
kira-kira panjang batang dikurangi 6,6 mm dari pelepah paling bawah
dengan panjang dolok maksimum 5 m
3. Batang tidak mengalami pertambahan ke samping, melainkan memanjang dengan diameter ujung tidak lebih dari 30 cm
4. Kulit batang tidak mengelupas, pengulitan batang relatif sukar dan sampai saat ini belum ada alat mekanis yang dapat dipakai
5.
Berat jenis kayu berbeda dari luar ke dalam dari bawah ke atas.
Kekuatannya dicirikan oleh berat jenisnya yang bervariasi dan biasanya
bagian luar lebih kuat jika dibandingkan dengan bagian dalam batang
6. Tidak memiliki mata kayu
7. Sulit digergaji, kesulitan itu bertambah jika sudah kering
8. Bagian luar memiliki cacat distorsi lebih kecil dibandingan bagian dalam
9. Keawetan alaminya rendah
10. Batang bulat memiki sifat-sifat yang lebih baik
Pada umumnya kayu kelapa terutama yang berkerapatan tinggi dan sedang
lebih banyak diolah secara fisik mekanik seperti pembuatan mebel,
komponen rumah, barang kerajinan, sedangkan pemanfaatan secara kimia
terbatas misalnya pada pembuatan arang, briket arang, pulp, kertas atau
arang aktif. Hal ini disebabkan distribusi kandungan komponen kimia kayu
dalam satu pohon belum banyak diketahui.
Berbeda
dengan kayu pada umumnya batang kelapa memiliki sel pembuluh yang
berkelompok (vascular bundles) yang menyebar lebih rapat pada bagian
tepi dari pada bagian tengah serta pada bagian bawah dan atas batang.
Hal itu mengakibatkan kayu gergajian kelapa memiliki kekuatan yang
berbeda-beda Palomar dan Sulc (1983) menyebutkan bahwa batang kelapa
memiliki keawetan yang rendah, mudah diserang organisme perusak kayu
seperti jamur dan serangga. Bagian keras batang kelapa yang tidak
diawetkan dan dipasang ditempat terbuka langsung berhubungan dengan
tanah maksimum dapat bertahan tiga tahun. Sedangkan untuk bagian lunak
hanya beberapa bulan saja.
Untuk dapat memilih kayu yang sesuai dengan penggunaannya, perlu
mengetahui jenis sortimen ukuran. Sebagai bahan bangunan, menurut
fungsinya dibagi dua golongan yaitu bahan struktural dan non struktural.
Sortimen khusus yang lazim dipergunakan untuk tujuan pemakaian dapat
berupa tiang, kaso, reng, balok, papan dinding dan papan cor. Dalam
batang kelapa dapat dilihat pola kerapatan kayu dalam batang. Keadaan
itu menyebabkan hasil penggergajian terdiri dari 3 kelas yaitu high
density, medium density dan low density dengan proporsi masing-masing
lebih kurang 45%, 30% dan 25%.Batang kelapa untuk keperluan konstruksi
perlu dikeringkan dan diawetkan. Hal ini guna untuk menambah kualitas
batang kelapa > dikeringkan supaya batang kelapa tidak diserang
jamur, bakteri. Diawetkan untuk memperpanjang masa pakai batang kelapaCara Menghitung Kubikasi Kayu
Ada beberapa warga Indonesia ataupun
mungkin banyak belum mengetahui bagaimana cara menghitung secara sederhana kayu
olahan per M3-nya (meter kubik). Informasi ini didapatkan langsung dari para
logger (penebang). Memang ada beberapa cara, namun dengan cara sederhana ini
bisa diingat dan dihitung secara cepat :
contoh penghitungan sederhana itu adalah sebagai berikut :
Misalnya jika memesan papan dengan ukuran : lebar 20 cm, tebal 2 cm,
panjang 4 meter. dengan memakai
rumus ini,
Lebar x Tebal x Panjang x ........ = 10.000
maka hasilnya adalah : 20 x 2 x 4 x 62 = 10.000
jadi papan yang dipesan tersebut berjumlah 62 - 63 keping papan.
Begitulah seterusnya dan bagaimana pesanan ukuran kayu olahan.
Lebar x Tebal x Panjang x ........ = 10.000
maka hasilnya adalah : 20 x 2 x 4 x 62 = 10.000
jadi papan yang dipesan tersebut berjumlah 62 - 63 keping papan.
Begitulah seterusnya dan bagaimana pesanan ukuran kayu olahan.
Untuk cara menghitung kubikasi kayu log atau gelondong
rumus yang biasa digunakan adalah (P x D x D x 0,7854) : 10.000 = nilai kubikasi
Keterangan :
P adalah panjang kayu yang dinyatakan dalam satuan meter
D adalah diameter kayu yang dinyatakan dalam satuan cm
D adalah diameter kayu yang dinyatakan dalam satuan cm
Contoh kasus : Jika seseorang akan membeli sebuah kayu yang masih berupa gelondong dengan ukuran diameter 25 cm dan panjangnya 2 meter maka, jika menggunakan rumus di atas, nilai kubikasi yang terdapat pada kayu adalah (2 x 25 x 25 x 0,7854) : 10.000 = 0,098175 M3.
Jadi, besarnya nilai kubikasi pada satu gelondong kayu yang akan dibeli oleh orang tersebut sebesar 0,098175 atau hampir sepersepuluh kubik.